SEDIKIT TENTANG DIRIKU

 

     Nama saya Fanidia Iswandani, biasa dipanggil fani atau fanidia. Saya dilahirkan di sebuah kota yang sering di juluki sebagai bumi wali, sebuah kota yang kecil di Jawa Timur yakni Kota Tuban. Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara, anak pertama yang memikul tanggung jawab karena merupakan harapan pertama untuk keluarganya dan saya merupakan alumni dari Madarasah Aliyah Negeri 1 Tuban dan kini saya melanjutkan pendidikan saya di Universitas Airlangga dengan program studi keperawatan. 

Hal yang membuat saya bingung adalah ketika berbicara mengenai bakat karena saya merasa belum memiliki bakat yang tepat. Namun, jika di sini berbicara tentang kegiatan yang paling membuat saya nyaman dan terasa mudah dan menyenangkan untuk saya lakukan, padahal kadang orang lain menganggapnya susah dan membosankan dan bahkan saya ingin untuk mengembangkan kemampuan di bidang ini, mungkin ini bisa disebut dengan bakat saya yakni menulis. Karena menurut saya bakat itu berhubungan erat dengan kepribadian seseorang, terutama pada minat atau apa yang disukainya. Tanpa minat mungkin seseorang tidak bisa mengetahui bakatnya. Sejalan dengan ini, maka saya berasumsi bahawa bakat saya sekarang ini adalah menulis karena saya memiliki ketertarikan pada bidang ini dan ingin terus mengasahnya dan mengembangkannya. Nah, ini merupakan hal yang saya senangi atau bisa disebut dengan hobi. Bakat dan hobi itu berkesinambungan, karena bakat saya menulis maka hobi saya pun menulis, salah satunya yaitu membuat tulisan lettering yaitu sebuah seni menggambar huruf.

Saya juga memiliki prestasi yang pernah saya raih ketika duduk di bangku SMA yakni juara 1 lomba Musabaqoh Fahmil Qur’an pada tingkat kabupaten. MFQ adalah sejenis lomba tim yang terdiri dari tiga orang yang di tekankan pada pemahaman atau pendalaman Qur’an dengan penekanan pada pengungkapan ilmu Al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat dalam bentuk cerdas cermat. Materi pokok yang kami pelajari saat itu meliputi aqidah akhlak, bahasa arab, bahasa indonesia dan bahasa inggris untuk menerjemahkan Al-Qur’an, kemudian hadist, ilmu tafsir, kisah dalam Al-Qur’an, sejarah Islam, seni baca Al-Qur’an, dan lain-lain. Namun, saya hanya bisa berjuang pada tinggkat kabupaten dan tim saya gugur pada tingkat provinsi. Namun, saya bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengikuti lomba ini karena banyak sekali hal yang dapat saya ambil dan saya jadikan sebuah pelajaran dari pengalaman ini. Salah satunya adalah, bagaimana membangun kerja sama antar tim dan saling mendukung serta berjuang bersama sampai akhir. Karena menurut saya, pegalaman itu merupakan guru terbaik dalam hidup seperti yang di katakan Brian Tracy bahwasanya setiap pengalaman dalam hidup itu diatur untuk mengajarimu sesuatu yang perlu kamu ketahui untuk maju.

Harapan saya kedepannya adalah, memenuhi harapan orang tua saya dan mampu menggankat derajat mereka nantinya. Karena perjuangan orang tua saya dalam memberi pendidikan kepada saya sampai pada titik ini sangat luar biasa. Padahal banyak sekali masyarakat di sekitar tempat tinggal saya yang masih beranggapan bahwasanya wanita itu percuma jika sekolah tinggi. Namun, orang tua saya tetap mendukung cita-cita saya dan menyemangati saya untuk meraihnya hingga sampai saat ini dengan dukungan mereka saya dapat menjadi calon perawat masa depan nantinya, dengan harapan semoga profesi ini saya bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain dengan memiliki jiwa sosial yang tinggi.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara membuat Es Krim putar Susu dengan kaleng (tanpa kulkas)